Gambar Sampul Bahasa Indonesia · e_Bab 5 Perjuangan
Bahasa Indonesia · e_Bab 5 Perjuangan
Indrawati

22/08/2021 08:52:01

SMA 11 KTSP

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

Pada bab sebelumnya Anda sudah melakukan pementasan drama. Apakah Anda

senang mementaskan drama? Kegiatan pada pelajaran ini pun tidak jauh berbeda

dengan pelajaran tersebut. Hanya saja, Anda tidak dituntut untuk mempersiapkan

hal-hal yang sifatnya teknis untuk pementasan drama, seperti, kostum, tata rias,

latar panggung, dan lain-lain. Pada pelajaran ini Anda hanya dituntut untuk

memerankan tokoh drama sesuai dengan watak tokoh tersebut. Untuk itu, baca

dan hayatilah tokoh-tokoh dalam “Panembahan Reso” babak 29 dan 36 berikut

ini!

5

B

A

B

PERJUANGAN

A. Bermain Peran

Tujuan Pembelajaran

Pada subbab ini, Anda

akan mengekspresikan

perilaku dan dialog tokoh

protagonis dan atau

antagonis.

Setelah mempelajari

subbab, ini Anda, diharap

dapat membaca dan

memahami teks drama

yang akan diperankan,

menghayati watak tokoh

yang akan diperankan,

memerankan drama dengan

memerhatikan penggunaan

lafal, intonasi, nada/

tekanan, mimik/gerak-

gerik yang tepat sesuai

dengan watak tokoh.

hlasrinkosgorobogor.

fi

les.wordpress.com

Gambar: Sekelompok siswa sedang bermain peran.

72

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

29

Nyanyian Angsa Sang Berhala!

Di kamar tidur Raja Tua. Waktu malam. Raja Tua

minum arak ditemani Ratu Dara

Raja Tua : (

sambil minum

) Dari semua isteriku

hanya kamu yang bisa diajak bicara.

Kadang-kadang kita bertentangan,

tetapi cukup banyak pikiranmu yang

aku pergunakan. – Sekarang omonglah

terus terang: apa ada dendammu atau

keluh kesahmu padaku yang belum kamu

ungkapkan.

Dara

: Aada, Yang Mulia

Raja Tua : Jelaskan!

Dara

: Paduka sudah agak jarang memanggil

hamba.

Raja Tua : Hohoho! Aku mohon maaf. Itu terjadi

karena ini! (

mengacungkan botol arak

)

Sayang aku tidak bisa omong-omong

dengan cucu! Karena tidak punya cucu,

aku terpaksa suka minum arak. – Arak

bisa diajak omong-omong! Eh! Mungkin

begini: Arak bisa aku omong-omong

dengan diri sendiri.

Dara

: Tetapi, Paduka tadi berkata bahwa hamba

orang yang bisa diajak bicara.

Raja Tua : Ya! Itu betul!

Itu jujur! Tetapi, kalau

omong dengan kamu harus omong secara

dewasa. Padahal omong-omong yang

aku maksud, omongan kanak-kanak,

– O, ya, aku punya kebutuhan unbtuk

omong seperti kanak-kanak. Omongan

yang .... tidak cengneng, ... tidak dengki,

... tidak ada kebencian, ... tidak canggih

... ya ... seperti kanak-kanak! Seperti

ayam berkotek. Atau ... kamu paham?

(minum lagi)

Dara

: Paham sekali, Yang Mulia! Paduka ingin

memurnikan diri kembali.

Raja Tua : Begitukah? – Nah, kamu lih

at? Omongan

antara kita selalu berisi penyadaran.

Penyadaran akhirnya membawa aku

kepersoalan kerajaan. Siapa yang harus

dipasang, siapa yang harus ditendang.

Siapa yang harus dipenggal kelapanya!

(

minum lagi

)

Ratu Padmi Muncul tiba-tiba sambil menangis

terisak-isak.

Ratu Padmi

: Maaf, Yang Mulia, hamba datang

menerobos begitu saja. Kalau paduka

murka biar kepala hamba dipenggal

juga. – Yang Mulia, hamba tidak

terima. Benar kedua anak hamba

berdosa, tetapi mereka masih remaja,

masih bisa diinsafkan. – Ratu Dara,

Anda tidak mencegah kekejaman

ini? Apakah Anda juga tidak punya

putera?

Raja Tua : Nanti dulu! Ratu Dara tidak punya

sangkut paut apa-apa! Kamu kira aku

punya kegemaran memenggal kepala

orang? Kalau kepala pemberontak

itu tidak dipenggal, mereka akan

memenggal kepala Raja! Kecuali kalau

si Raja mau diajak berunding dan lalu

rela melepaskan tahta, demi negara,

tidak akan mau melepaskan tahta!

Padmi

: Hamba percaya anak-anak hamba

sebetulnya bisa diinsafkan.

Raja Tua : Diinsafkan! Mereka ingin

menyingkirkan Putra Mahkota, sebab

menjadi Putra Mahkota pun mereka

tidak berhak. Tahukan kamu bahwa

anakmu yang tertua Pangeran Bindi, itu

yang akan aku jadikan Putra Mahkota?

Perempuan sadarkah kamu! Raja

memenggal kepala kedua putramu

untuk menjaga agar mereka tidak

memenggal kepala putramu yang

tertua.

Padmi

: Duh Gusti, apakah kita hidup di dalam

rimba?

Raja Tua : Memang ini mirip Rimba! Bukalah

lebar-lebar matamu! Di dalam rimba

hutan belantara dan di dalam rimba

kekuasaan, hubungan darah itu sama

tipisnya! Kenapa hal ini tidak dulu-

dulu kamu sadari begitu aku ambil

kamu ke atas ranjangku?!

Padmi

: Sebetulnya hanya setengah hamba

73

Bab 5

Perjuangan

sadari. Tidak hamba tahu akan

sebegini jauh. Hamba tidak kuat

menanggungnya. Bahwa pangeran

Bindi akan menjadi Putra Mahkota,

seharusnya itu menjadi hiburan bagi

kami. Tetapi, ia juga sama seperti

paduka, ia tidak pernah menjadi

kenyataan. Ia seperti kelana sebatang

kara yang perkasa. Seakan-akan hamba

bukan bundanya, sebab ia berbunda

kepada cakrawala. Lelaki seperti itu

hanya bisa berbicara dengan langit,.

Sebagai suami atau sebagai anak tidak

pernah menjadi kenyataan. (

hening ...

lalu ia menyembah

) Hamba mohon diri

... Sang Raja (

keluar

)

Raja Tua : (

Pelan-pelan menenggak arak, dan

dengan tenang berkata

) Minumlah

arakmu.

Dara

: Baik Yang Mulia.

Raja Tua : Kamu sudah makan?

Dara : Belum.

Raja Tua : Aku juga belum, nanti saja kita makan.

Belum lapar, ‘kan?

Dara : Belum.

Raja Tua : Tolong masakkan aku lidah sapi besok

pagi.

Dara

: Baik, Yang Mulia.

Raja Tua : Aku juga kepingin ikan bandeng.

Dara

: Besok akan saya masakkan.

Dari jauh terdengar orang berseru: “Tolong!

Tolong!”

Raja Tua : Apa itu?

Dara

: Tidak jelas, Yang Mulia.

Teriakan : “Tolong! Tolong!” makin menjadi

dan diteriakkan oleh beberapa orang.

Lalu, disusul oleh derap kaki orang

berlari menuju kamar. Akhirnya seorang

Punggawa masuk, nafasnya terengah-

engah.

Raja Tua : Ada apa?

Punggawa : Ratu Padmi wafat

Raja Tua : Apa?

Punggawa : Sehabis keluar dari sini kami lihat

Sri Ratu berjalan gontai. Sampai di

halaman beliau memegang pohon.

Beliau menepuk-nepuk pohon itu, lalu

bersandar ke batangnya. Tiba-tiba beliau

mengeluarkan keris kecil dan menikam

jantungnya sendiri.

Dara

: Duh Gusti jagad Dewa Batara!

Raja Tua : Aaaaak! (

menubruk Punggawa mau

membantingnya tapi tak jadi

) Bangsat!

(

kemudian dengan lunglai ia mengambil

botol arak dan menenggaknya sampai

tuntas. Ratu Dara memberinya satu

botol lagi. Sambil menerima botol

ia berjalan menuju ranjang. Hampir

sampai ia keburu jatuh. Lalu, dengan

susah payah bangkit lagi dan merayap

ke ranjang. Kemudian duduk di tepi

ranjang

) Uruslah jenazahnya.

Dara

: Baik, Yang Mulia.

(

Raja Tua menenggak botol lagi

sampai tuntas, lalu merebahkan diri ke

ranjang

.)

Raja Tua : Boleh aku tidur?

74

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

36

Rubah dan Musang Menekan Raja

Malam hari. Di kamar Ratu Dara. Aryo Reso duduk

bersila di dekat ranjang. Ratu Dara duduk di atas

ranjang

Rartu Dara : Jago kita sudah duduk di atas tahta.

Tetapi, masih banyak ganjalan yang

terasa di dalam hati.

Reso

: Semua Pangeran harus kita lenyapkan

baru betul-betul kuat kedudukan Raja

kita.

Dara

: Sekarang tinggal Pangeran Bindi dan

Pangeran Kembar.

Reso

: Aku akan membunuh mereka semua.

Dara : Bagaimana caranya?

Reso

: Sekarang aku lagi tekun mengintai.

Lama-lama akan muncul saatnya, dan

akan terbayang pula caranya.

Dara

: Keyakinan Anda pada diri sendiri sangat

besar, sehingga saya pun selalu yakin

akan keberhasilan segala rencana Anda.

Tetapi, keyakinan saya kepada Sri

Baginda goyah, semakin hari semakin

kehilangan tumpuan.

Reso : Hm.

Dara

: Bagaimanakah pendapat khalayak ramai

terhadap Sri Baginda? Apakah pendapat

para Adipati pernah melahirkan

perasaan-perasaan mereka terhadap Sri

Baginda?

Reso : Mereka kecewa.

Dara

: Sudah bisa diduga.

Reso

: Ada yang berkata bahwa Raja yang

lemah sama berbahayanya dengan raja

yang kejam bagi kerajaan.

Dara

: Betul juga pendapat itu.

Reso

: Tetapi mereka tetap setia kepada Sri

Baginda, karena percaya bahwa kita

akan bisa membina dan mendampingi

Sri Baginda.

Dara

: Selama Sri Baginda mendengarkan

Anda pasti kedudukannya aman sebab

pengaruh Anda besar terhadap para

Aryo dan para Panji. – Baru saja tadi

saya kirim seorang dayang untuk

memanggil Sri Baginda kemari.

Reso : Sri Ratu!

Dara

: Ada apa Aryo?

Reso

: Aku ingin segera menikah dengan

Anda.

Dara

: Begitu pula dengan keinginan saya.

Tetapi, saat berkabung kita masing-

masing belum lewat.

Reso

: Kalau Raja menikahkan kita ber-

dasarkan

fi

rmannya, apa pula yang

bisa dikatakan masyarakat? Aku

yang tadinya, menurut kebiasaan

masyarakat bukan Aryo, karena

fi

rman

Raja bisa menjelma menjadi Aryo.

Dara

: Alasan itu memang kuat.

Reso

: Kita harus segera menikah juga bukan

semata-mata demi kepentingan diri

sendiri, tetapi demi kepentingan

kerajaan. Sebagai orang tuanya aku

akan lebih leluasa membina dan juga

mempertahankannya.

Dara

: Ya, tepat kata Anda. Saya nanti akan

meyakinkan Sri Baginda. – Nah,

itu dia! Saya dengar suara langkah

jalannya.

Raja masuk

Raja

: Ibu! – Oh, Aryo Reso!

Reso

: Salam, Sri Baginda.

Raja

: Salam, – Ibu memanggil saya?

Dara

: Betul, Yang Mulia. Duduk!

Raja

: Ada apa Ibu?

Dara

: Saya ingin berbicara mengenai

masalah kerajaan.

Raja

: Tetapi, lebih dulu aku akan menyatakan

bahwa hatiku terguncang-guncang.

Dara

: Kenapa, Yang Mulia?

Raja

: Aku tidak menduga bahwa di kamar

tidur ibu ada seorang lelaki.

Dara

: Beliau bukan sekedar “seorang lelaki”,

beliau ialah Aryo Reso, Penasihat dan

Pemangku Raja!

Raja

: Tetapi, ini kamar tidur Ibu!

Dara

: Di sini kami berbincang-bincang

mengenai urusan kerajaan.

Raja

: Tetapi, toh tetap ganjil! Ganjil!

75

Bab 5

Perjuangan

Dara

: Baik! Supaya tidak ganjil! Kawinkanlah

kami berdua dengan segera.

Raja

: Lho! Ini ‘kan lebih ganjil lagi! – Anda

berdua belum lagi lengkap seratus hari

menjadi duda dan janda. Apa kata

orang nanti?

Dara

: Orang tidak akan berkata apa-apa kalau

hal itu berdasarkan

fi

rman Raja.

Reso

: Yang Mulia! Hubungan kami memang

punya dasar cinta, tetapi kami

mendesak untuk segera dinikahkan

pada saat yang ganjil ini karena

dorongan pengorbanan. Apabila kami

menikah persekutuan kita bertiga akan

lebih kukuh dan punya hubungan

nalar yang lebih bisa diterima orang

banyak. Apalagi bila Raja ber

fi

rman

bahwa Bagindalah yang menghendaki

pernikahan ini.

Raja

: Sekarang apa yang harus aku katakan?

Reso

: Katakan “ya”, Yang Mulia. Sebab kalau

tidak lebih baik hamba meletakkan

jabatan dan pergi bertani.

Dara

: Ke mana Anda pergi akan saya ikuti.

Raja

: Oh, jadi aku dipojokkan! – Baiklah,

kalau memang demi kerajaan, kalian

akan aku kawinkan.

Reso

: Terima kasih, Yang Mulia

Dara

: Untuk selanjutnya kita bertiga akan

merupakan persekutuan yang kuat, yang

memimpin kerajaan.

Raja

: Ternyata menjadi Raja itu lain dari

yang aku bayangkan. Aku merasa

jalan hidupku telah membelok dengan

tiba-tiba. Dan, membawaku ke alam

yang ganjil, yang tidak aku mengerti

sama sekali. – Sejak aku menjadi Raja,

hidupku, hidup orang yang terperanjat.

(

Rendra, Panembahan Reso

)

Latihan 1

1

Analisislah unsur-unsur intrinsik kedua babak

dari drama “Panembahan Reso” di atas (tema,

latar, penokohan, dan lain-lain)!

2. Sebutkan dan jelaskanlah tokoh yang menurut

Anda merupakan tokoh protagonis dan

antagonis dari penggalan drama tersebut!

3. Buatlah kelompok untuk memerankan

penggalan drama “Panembahan Reso” di

Atas secara bergiliran! Setiap kelompok

boleh memilih salah satu babak yang akan

diperankan.

4. Lakukan kegiatan saling menilai pementasan

drama tersebut. Setelah Anda mengamati

tokoh-tokoh yang diperankan oleh teman

Anda, evaluasilah penampilan teman Anda

itu dengan mengisi lembar penilaian!

Lembar Penilaian Pementasan Drama

Nama Siswa/Pelaku

: ..........................

Tokoh yang Diperankan : ..........................

No

Aspek yang Dinilai

Skor yang

diperoleh

1

Kejelasan vokal

2

Gerak-gerik

3

Mimik

4

Intonasi

5

Ekspresi wajah

6

Sikap/penampilan

7

Penghayatan terhadap watak tokoh

Jumlah skor

Keterangan: skala nilai antara 10 – 100

______________, _____________

Penilai

_______________________________

76

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Salah satu tujuan pembelajaran kali ini adalah Anda diharapkan dapat

mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi. Untuk itu, bacalah resensi

novel berikut ini dengan cermat!

B. Mengungkapkan Prinsip-prinsip Penulisan Resensi

Tujuan Pembelajaran

Pada subbab ini, Anda akan mengungkapkan prinsip-prinsip

penulisan resensi. Setelah mempelajari subab ini, Anda diharap

dapat mendeskripsikan identitas novel, membuat sinopsis/

ringkasan isi novel, dan mengemukakan kelebihan dan

kekurangan novel.

Miyuki Menggapai Matahari

Judul Terjemahan : Aku Terlahir 500 gr dan Buta

Penulis

: Miyuki Inoue

Penerjemah

: Tiwuk Ikhtiar

Cetakan

: Kelima, Mei 2007

Tebal : xiv+183

Suatu hari saya naik angkot menuju mes karyawan,

tempat saya tinggal. Kebetulan saat itu angkot penuh

sesak penumpang. Satu per satu penumpang turun di

tujuannya masing-masing. Tinggal saya dan seorang

penumpang di pojok yang tersisa, seorang ibu. Ups...

saya tercengang. Ternyata penumpang selain saya itu,

seorang buta. Saya mendengar dia bicara pada sopir,

“Bang, saya turun di Gang Delima.”

Pikiran saya menjadi melayang. Apa dia tahu kalau

sopir itubenar-benar menurunkan dia di tempat

tujuannya? Apa dia tahu arah menuju rumahnya?

Yang lebih mengherankan saya, dia pergi sendirian

saja, kok dia bisa naik angkot ini? Semua pertanyaan

itu mengelilingi saya.

Tak bisa kita bayangkan betapa sulitnya hidup tanpa

mata. Belum tentu kita mampu bertahan dalam

kondisi seperti ibu buta yang saya lihat. Anda ingin

mengetahui kisah seorang buta yang patut berbangga

meski buta? Anda akan mengetahuinya dengan

membaca novel kisah nyata (

true story

) yang ditulis

Miyuki Inoue.

Aku Terlahir 500 gr dan buta

, itulah

judul novel yang ditulis oleh Miyuki.

Novel ini sungguh luar biasa, bagaimana tidak

disebut luar biasa, Miyuki membuat novel kehidupan

dirinya sendiri, mulai dari kisah kelahirannya

yang menguras air mata sang ibu sampai menjadi

kebanggaan karena memenangkan perlombaan

mengarang tingkat nasional Jepang ketika duduk

di SMP.

Dalam keadaan normal, seorang bayi harus berada

di dalam kandungan selama 40 minggu, sedangkan

Miyuki berada dalam kandungan ibunya hanya

20 minggu. Oleh karena itu, Miyuki harus berada

dalam tabung inkubator selama 4 bulan setelah lahir

ke dunia. Selama 4 bulan itu tak sekalipun Miyuki

kecil merasakan pelukan sang ibu.

Miyuki lahir dengan berat setengah kilogram,

seperenam dari berat bayi umumnya. Saking kecil

hingga Miyuki bisa digenggam. Kepala Miyuki

sebesar telur dan jari-jari sekurus tusuk gigi.

Keadaan itu membuat Miyuki kecil harus masuk

dalam tabung inkubator.

***

Masa-masa sulit Miyuki selama dalam tabung

inkubator menguras air mata ibunya. Ibu Miyuki

dengan tegar memberi semangat pada Miyuki kecil.

Sejak kelahirannya, dokter yang merawat Miyuki

77

Bab 5

Perjuangan

memvonis usia Miyuki tidak lebih dari 2 minggu.

Tapi dokter bukan Tuhan. Meski sudah divonis tak

akan bertahan hidup, Miyuki berhasil melewatinya,

sampai akhirnya berada dalam dekapan ibu

bulan kemudian setelah dikeluarkan dari tabung

inkubator.

Berada dalam tabung inkubator terlalu lama memiliki

risiko gangguan kesehatan pada mata bayi. Risiko

itu juga harus ditanggung Miyuki kecil. Miyuki

kecil tidak sempat melihat dunia tempat dia berada.

Miyuki mengalami kebutaan. Tabung inkubator

dialiri banyak oksigen. Jika bayi terlalu lama berada

dalam tabung inkubator, bayi itu bisa terkena ROP

(

Retinopathy of Prematurity

), yaitu penyakit yang

bisa membutakan bayi prematur kalau menghirup

terlalu banyak oksigen.

Perjuangan hidup Miyuki semakin berat. Lahir

prematur saja sudah membuatnya berbeda dari anak-

anak seusianya. Ditambah dengan kebutaannya,

Miyuki semakin harus bekerja keras dalam hidupnya.

Yang sangat bermakna dari novel ini adalah liku-

liku perjuangan hidup Miyuki sejak dia lahir hinga

menginjak remaja. Bukan hanya perjuangan untuk

mendobrak kebutaannya, tetapi juga harus terus

berjuang dalam kekerasan-kekerasan yang dilakukan

ibunya. Bukan kekerasan

fi

sik, melainkan lebih pada

kekerasan psikis.

Ibu Miyuki sangat keras dalam mendidik Miyuki.

Ibu kebanyakan akan menjaga dengan hati-hati

anaknya yang buta, tetapi tidak untuk ibu Miyuki.

Ibu Miyuki akan membiarkan Miyuki merasa sakit

karena terjatuh, merasakan benturan keras di kepala,

dan masih banyak yang lain. Itulah cara ibu Miyuki

mendidik Mniyuki menjadi manusia yang tegar dan

mandiri.

Ibu Miyuki ingin agar anaknya tidak rendah diri

meski menjadi seorang yang buta. Pernah suatu kali

Miyuki terjatuh dari tangga. Ibu Miyuki bukannya

menanyakan keadaan anaknya, tetapi menyalahkan

anaknya, “Salah sendiri.”

Hanya itu ucapan ibu lalu

meninggalkanku sambil menggumam, “Berapa kali

harus jatuh sampai kamu puas, hah? Kalau kamu

jatuh terus, nanti lantainya rusak

.” (halaman 43).

Di satu sisi Ibu Miyuki menginginkan anaknya tegar

dan mandiri. Di sisi lain dalam diri Miyuki merasa

tersiksa karena perlakuan ibunya. Miyuki merasa kesal

terhadap perlakuan ibu, tetapi Miyuki tak bisa jauh

dari ibunya.Miyuki sangat memerlukan ibunya.

Lembar demi lembar dalam novel ini dipenuhi oleh

pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam diri Miyuki

tentang perlakuan-perlakuan kasar ibunya hingga

Miyuki menemukan sebuah kesadaran akan kehebatan

ibunya ketika membesarkannya. Miyuki dengan jujur

mengutarakan perasaannya, baik itu perasaan senang

ketika dekat ibu, sedih saat jauh dari ibu, maupun sakit

hati pada perlakuan ibunya.

Suatu hari Miyuki ingin merasakan naik sepeda. Ibu

Miyuki menyanggupi untuk mengajak Miyuki belajar

naik sepeda di lapangan. Ibunya memberi tahu cara

naik sepeda.

Miyuki berpikir ingin duduk di belakang saja dan

ibunya menolak,

Tadinya aku ingin duduk di belakang

saja, di boncengan dan ibunya menuntun sepedanya.

“Kalau kamu minta duduk di belakang, kamu tidak

bisa naik sepeda. Kamu harus percaya kalau kamu

bisa naik sepeda. Ayo, coba lagi!

” (halaman xi).

Setelah diberi tahu ibunya cara naik sepeda, Miyuki

harus menaiki sepeda sendiri. Ibu Miyuki hanya duduk

di kursi panjang sambil meneriaki Miyuki untuk

bangun lagi saat terjatuh. Miyuki sangat kesal karena

ibunya tidak menolong sekali pun. Padahal lutut dan

tangan Miyuki sudah berdarah-darah dan terasa perih.

Sampai empat puluh kali jatuh dari sepeda, akhirnya

Miyuki bisa naik sepeda. Rasa sakit yang dialaminya

dan kejengkelan pada ibunya tak lagi dirasakannya

setelah berhasil naik sepeda dan merasakan hebusan

angin. Tentunya Miyuki hanya bisa naik sepeda di

lapangan.

Jika di jalan raya, itu akan membahayakan dirinya.

Miyuki tahu bahwa ibunya menangis saat melihatnya

belajar sepeda ketika dia menulis cerita tentang dia

dan ibunya.

**

Kebutaan tak menghentikan Miyuki untuk merasakan

hal-hal yang dialami anak-anak sebayanya. Itulah

yang ditanamkan sejak dini oleh Ibu Miyuki. Apapun

yang diinginkan Miyuki selalu didapatkan, tetapi

tentunya dengan usaha yang keras. Ibu Miyuki tidak

membiasakan Miyuki untuk mendapatkan hal-hal

instan.

78

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Latihan 2

Pada pelajaran sebelumnya Anda sudah mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan

drama. Nah, pada pelajaran ini adalah aplikasinya. Anda akan diminta untuk

membuat resensi. Namun, sebelumnya pelajarilah uraian berikut ini.

1.

Komponen resensi novel

Pada pelajaran kelas X Anda telah mempelajari cara meresensi (buku). Pada

pelajaran ini Anda akan belajar meresensi (novel). Cara meresensi novel berbeda

dengan cara meresensi buku. Novel ditulis oleh seorang pengarang berdasarkan

kreativitas, sensitivitas, dan kekritisan terhadap dunianya yang bersifat subjektif

dan imajinatif. Buku non

fi

ksi ditulis oleh pengarang dengan sudut pandang yang

lebih objektif bedasarkan data, informasi, fakta, dan bukti empiris. Oleh karena

itu, komponen novel yang diulas dalam resensi berbeda dengan buku (non

fi

ksi).

Perjuangan Miyuki dan ibunya membuahkan hasil

yang luar biasa.Miyuki berhasil memenangkan lomba

mengarang SLB tingkat nasional Jepang. Dalam

karangan-karangannya Miyuki menceritakan kisah

dirinya, ibu yang selalu keras padanya, tangis dan

tawa bersama ibu dan cerita-cerita mengharukan yang

didengar dari ibunya. Melalui karangan-karangan ini

pula Miyuki menjadi sadar, bahwa berkat ibunya,

Miyuki bisa menjalani kebutaannya. Kecintaan

Miyuki pada dunia tulis-menulis ini akhirnya

membuahkan novel ini.

Ketika Anda membaca novel ini Anda akan merasa

seolah-olah Miyuki bercerita pada Anda. Tutur bahasa

yang sederhana membuat novel ini mudah dipahami.

Hal ini tentunya juga didukung oleh sang penerjemah,

Tiwuk Ikhtiar.

Novel ini baik dan layak dibaca oleh semua orang,

terutama diperdengarkan pada sesama kita yang tidak

diberikan mata normal. Pertama, dengan membaca

novel ini wawasan Anda tentang “kebutaan” akan

menjadi lebih positif. Memang, “kebutaan” itu

membuat pemiliknya harus berusaha lebih keras untuk

mendapatkan sesuatu. Miyuki, satu di antara jutaan

orang yang buta, berhasil mendobrak kebutaannya

dengan bantuan penuh ibunya.

Oleh karena itu, jangan menjadi lemah karena putri,

putra, kakak, adik, atau orang tua Anda yang buta.

Akan tetapi, doronglah dia menjadi positif dalam

memandang hidup. Ingatlah perjuangan ibu Miyuki

dalam mendidik Miyuki. Dalam didikan ibunya,

Miyuki menjadi seorang yang mandiri dan bangga

pada dirinya.

Kedua, dalam beberapa hal, bisa jadi Anda, saya, dan

Miyuki mempunyai kesamaan. Mendapat perlakuan

keras dari orang tua, guru, dan lingkungan sekitar.

Akan tetapi, yakinlah bahwa sebagaimana Miyuki

alami, buah-buah rohani akan dirasakan dengan

nikmat bila kita sampai pada kesadaran tertentu.

Lebih penting lagi, sikap pantang menyerah Miyuki

dan kesetiaan sang ibu membesarkan anaknya bisa

menjadi motivasi dan inspirasi dan motivasi kita

untuk terus berjuang memperjuangkan apa yang

kita inginkan. (

Paskalina Oktavianawati, S.S., editor

penerbitan buku

)

***

(

Sumber: Pikiran Rakyat, 20 Agustus 2007; 28

)

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari 3-4

orang!

2. Analisislah resensi di atas (menyangkut

komponen-komponen novel yang diresensi,

penggunaan bahasa, dan lain-lain). Tulislah

hasil analisis kelompok Anda dengan tulisan

yang jelas dan rapi!

3. Sampaikan hasil kerja kelompok Anda kepada

kelompok lain!

C. Menulis Resensi Novel

Tujuan Pembelajaran

Pada subbab ini, Anda akan

mengaplikasikan prinsip-

prinsip penulisan resensi.

Setelah mempelajari

subbab ini, Anda

diharapkan dapat menulis

resensi sesuai derngan

prinsip-prinsip penulisan

resensi.

79

Bab 5

Perjuangan

Komponen yang dapat dibahas dalam menyusun resensi novel adalah sebagai

berikut.

1. Tema

Tema apakah yang diungkap dalam novel? Apakah tema yang diungkapkan

itu menarik pembaca secara umum? Apakah tema sudah sering diungkapkan

dalam seri cerita lain yang dibuatnya? Apakah tema dapat diterima sebagai

kebenaran yang umum?

2. Alur Cerita

Bagaimana peristiwa-peristiwa diatur dalam cerita? Apa keunikan susunan

peristiwa yang digunakan pengarang? Apakah ada pembaruan susunan

peristiwa dalam cerita itu?

3. Penokohan

Bagaimana pengarang memberi (menciptakan) watak atau karakter pada

tokoh-tokohnya? Bagaimana sifat tokoh tersebut? Adakah keunikan dalam

menciptakan watak tokoh?

4. Sudut Pandang

Sudut pandang apa yang dipakai pengarang untuk menyampaikan cerita?

Adakah keunikan sudut pandang dalam cerita?

5. Latar Cerita

Bagaimana latar cerita digunakan? Apakah latar ceritanya cocok dengan

peristiwa?

6. Nilai-nilai

Nilai-nilai apakah yang dapat diambil pembaca dari cerita? Adakah nilai-

nilai baru yang dikembangkan?

7. Bahasa dan Gaya Cerita

Bagaimana bahasa yang digunakan pengarang? Apakah cerita disampaikan

dengan cara humor, serius, atau sinisme?

8. Pengarang

Siapa pengarang cerita itu? Bagaimana latar belakang kehidupannya?

Bagaimana kreativitasnya?

Dalam sebuah resensi tidak semua cerita tersebut diulas oleh penulis. Biasanya

penulis hanya memilih aspek yang dianggap paling menarik. Pertimbangan

tentang kemenarikan itu bersifat relatif subjektif. Oleh karena itu, resensi novel

itu bersifat subjektif pula.

Jika anda telah membaca novel secara keseluruhan, hal-hal yang harus dicatat

untuk membuat resensi bisa mengikuti cara seperti yang telah dikemukakan di

atas, atau mengikuti cara berikut.

1. Memberitahukan kepada masyarakat akan terbitnya buku baru dengan

menginformasikan data-data, seperti judul novel, pengarang, penerbit, dan

jumlah halaman.

2. Menginformasikan jenis novel, tema, alur cerita, penokohan, sudut pandang,

latar cerita, nilai-nilai, bahasa dan gaya cerita, reputasi pengarang, dan latar

belakang penerbitan.

3. Menyampaikan tujuan penulisan atau ringkasan novel.

80

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

4. Menegaskan keunggulan dan kelemahan novel, apakah bermanfaat bagi

masyarakat atau tidak. Apakah novel itu dapat memenuhi kebutuhan

masyarakat atau tidak, bernilai bagi masyarakat atau tidak, dan

seterusnya.

Latihan 3

2. Mengenal anatomi novel

Dalam pembelajaran ini alangkah baiknya apabila guru menyediakan beberapa

novel populer atau menyuruh siswa untuk membaca novel yang dimilikinya,

lalu dibicarakan di kelas. Secara berpasangan, cermatilah anatomi novel tersebut

bersama temanmu.

a. Berpasanganlah dengan teman sebangku Anda!

b. Tunjukkan dan tulislah anatomi novel yang Anda baca:

– judul

pengarang, penerjemah (kalau novel itu berupa terjemahan)

– penerbit

– tahun terbit

– tebal novel

– kata pengantar/prakata

– daftar isi

– daftar gambar/bagan

– daftar singkatan

– daftar kode

bagian lain (sebutkan jika ada komponen lain dalam novel)

Bentuklah kelompok kecil antara 3-5 orang! Setiap

kelompok mengerjakan tugas dan latihan berikut!

1. Mencari, memilih, dan membaca novel yang

menarik perhatian Anda untuk diresensi dalam

forum kelompok.

2. Hasil resensi setiap kelompok dibacakan di

depan kelas oleh wakil kelompok atau dituliskan

pada buku catatan harian atau lembar kerja

warga belajar.

3. Memberi kesempatan kepada anggota kelompok

lain untuk menyampaikan komentar, tanggapan,

dan masukannya atas pekerjaan resensi yang

Anda susun. Demikian pula kelompok lain

saling menanggapi sehingga situasi kelas lebih

hidup, bergairah, dan menyenangkan dalam

berapresiasi sastra.

4. Jelaskan secara singkat tentang cara, tujuan,

dan hal-hal yang harus diperhatikan oleh

peresensi dalam menulis resensi novel!

5. Apakah perbedaan antara menulis resensi

buku

fi

ksi dan buku non

fi

ksi? Jelaskan secara

rinci!

Latihan 5

1. Setelah Anda memahami anatomi dan cara

menulis resensi novel, tulislah resensi sebuah

novel atau kumpulan cerita pendek dengan

menyoroti komponen-komponennya secara

lengkap!

2. Ketiklah resensi yang Anda buat itu dengan

rapi, kemudian lampirkan pada bagian/halaman

depan novel yang Anda resensi!

3. Diskusikanlah hasil resensi Anda bersama

teman sekelompok/sekelas!

4. Cobalah publikasikan hasil resensi tersebut

melalui majalah dinding/sekolah atau media

cetak yang ada di daerah Anda!

5. Jika resensi novel Anda dimuat dan

dipublikasikan pada media tersebut, Anda

berhak mendapat nilai tambah dalam pelajaran

Bahasa dan Sastra Indonesia.

81

Bab 5

Perjuangan

Review (Rangkuman)

1. Karakter tokoh dalam drama dibedakan

menjadi dua, yaitu protagonis dan antagonis.

Dalam pementasan drama, karakter tokoh

dapat diketahui melalui dialog-dialog yang

diperankan.

2. Cara meresensi novel berbeda dengan

cara meresensi buku. Novel ditulis oleh

seorang pengarang berdasarkan kreativitas,

sensitivitas, dan kekritisan terhadap dunianya

yang bersifat subjektif dan imajinatif. Buku

non

fi

ksi ditulis oleh pengarang dengan sudut

pandang yang lebih objektif bedasarkan data,

informasi, fakta, dan bukti empiris. Oleh karena

itu, komponen novel yang diulas dalam resensi

berbeda dengan buku (non

fi

ksi).

3. Komponen yang dibahasa dalam resensi novel,

yaitu tema, alur cerita, penokohan, sudut

pandang, latar cerita, nilai-nilai, bahasa, gaya

cerita, dan pengarang.

Refleksi Bagi Peserta Didik

Pada bab ini Anda belajar bermain peran,

mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi,

dan menulis resensi.

Apakah Anda sudah mampu bermain peran?

Apakah Anda sudah mampu mengungkapkan

prinsip-prinsip penulisan resensi? Apakah Anda

sudah mampu menulis resensi?

E

valuasi

A

khir

Bab 5

A. Bacalah penggalan drama berikut ini!

30

Duka Cita Ratu Kenari

Di dalam kamarnya, malam itu, Ratu Kenari

bersimpuh dan berdoa.

Kenari : Duh Gusti, lindungilah nyawa anak-

anakku. Mereka anak yang baik. Patuh

dan setia. Mereka menghormati ayahanda

mereka dan juga menyayangi saya

sebagai ibu. – Duh, anak-anakku, surat

kalian sudah ibu terima. Ibu senang

kalian kenangkan di dalam pertempuran.

Selama kalian pergi ibu berpuasa dan

samadi. Tunaikan tugas kalian baik-baik

secara wajar. Janganlah kalian punya

keserakahan! Jangan kalian mengejar

kedudukan. Kita sudah punya derajat

yang tinggi. Apa adanya saja kita terima.

Orang yang bernasib jelek berusaha

memperbaiki nasibnya. Tapi, nasib kalin

sudah baik. Lahir sebagai pangeran dan

pandai menjalankan kewajiban. Sudah itu

saja cukup. Jangan kalian ikut gerakan

yang mokal-mokal. Serahkan hal yang

tidak beres kepada yang berhak dan

berkewajiban mengatur. Kalian urus saja

bagian kalian baik-baik dan lalu pulang

beristirahat, dan bergembira bersama ibu.

Yang mau jadi pahlawan biarkan saja

nmenjadi pahlawan, tetapi kalian cukup

menjadi Pangeran. Syukurilah nasib kalian

yang baik ini. Tidak semua orang lahir

sebagai Pangeran. Duh Gusti, saya terima

nasibku sebagai isteri Raja yang kesepian.

Saya cukup bahagia asal saja saya tidak

kehilangan putra-putra saya. Tetapi,

sekarang ini, Duh Gusti, saya merasa ngeri

di sini.

(

Rendra, Panembahan Reso

)

82

Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI Program IPA-IPS

Jawablah dengan tepat dan jelas!

1. Jelaskan karakter Ratu Kenari dalam penggalan drama teresbut!

2. Bagaimana pendapat/tanggapan Anda mengenai karakter Ratu Kenari pada

penggalan drama tersebut?

B. Kerjakanlah soal-soal berikut ini dengan baik!

1. Karya lukis ini dapat digolongkan dalam seni kubisme. Penonjolan garis

bidang lebih diutamakan dari pada penciptaan kreasi warna dan model. Aliran

yang berawal dari Jerman ini sebenarnya telah lama dikenal oleh seniman-

seniman kita sejak lama, baik seni pahat, lukis, ukir, ataupun bangunan. Hal

ini terbukti pada bukti-bukti hasil karya mereka yang ada di candi-candi,

museum, dan perpustakaan nasional.

Mengungkapkan bagian apakah kutipan resensi di atas?

2. Novel karya Armijn Pane dengan tebal 150 halaman ini mempunyai sejarah

yang menggemparkan. Cerita ini pernah ditolak oleh Balai Pustaka, ramai

dipuji dan dicela, tetapi akhirnya tak urung menjadi salah satu novel klasik

modern Indonesia yangharus dibaca oleh orang terpelajar Indonesia.

Hal apakah yang diresensi pada kutipan resensi di atas?

3. Tulislah sebuah paragraf yang berisi resensi novel! Dalam paragraf resensi

novel tersebut, Anda melakukan cara penilaian baik atau buruknya novel

yang Anda resensi itu secara objektif dan jujur!